I.
PENDAHULUAN
Manusia hidup, tumbuh dan
berkembang. Proses kejadian manusia sejak nutfah sampai sampai menjadi manusia
paripurna melalui proses evolusi jiwa
dan raga dengan sempurna. Evolusi raga pada manusia berhubungan dengan
perubahan kondisi fisik atau yang biasa disebut dengan pertumbuhan. Sedangkan
evolusi jiwa pada manusia berhubungan dengan perubahan kemampuan manusia
menjalankan fungsi dalam menjalani kehidupan yang bermakna selama rentang
kehidupannya.[1]
Aspek-aspek
perkembangan merupakan dimensi-dimensi dan gambaran karakteristik pada individu
yang berkembang. Aspek-aspek tersebut meliputi:
1.
Aspek perkembangan fisik
2.
Aspek perkembangan psikomotorik
3.
Aspek perkembangan kognitif
4.
Aspek perkembangan bahasa
5.
Aspek perkembangan sosial
6.
Aspek perkembangan emosi
7.
Aspek pekembangan moral
8.
Aspek perkembangan penghayatan
keagamaan
9.
Aspek perkembangan pribadi[2]
Aspek
kognitif merupakan aspek perkembangan yang berkaitan dengan kemampuan individu
untuk memperoleh tahu dan kemampuan berpikir. Perkembangan pola berpikir
seorang individu merupakan bentuk aktualisasi perkembangan kognitif. Struktur
berpikir, keterampilan berpikir, bagaimana individu meperoleh informasi,
merupakan potensi perkembangan kognitif. Cara seorang siswa berfikir bisa
difahami dari caranya menyampaikan pesan baik berupa ide, pertanyaan,
pernyataan maupun pendapat.[3]
II.
POTENSI
PERKEMBANGAN ASPEK KOGNITIF PADA MASA SEKOLAH MADRASAH IBTIDAIYAH
Potensi perkembangan kognitif pada siswa madrasah
ibtidaiyah meliputi:
a.
Keterampilan berpikir
Menurut piaget pekembangan kognitif adalah kemampuan
individu mengkonstruksikan secara aktif pemahaman terhadap dunia di sekitarnya.
Mengkonstruksi dilakukan dengan dua proses yaitu mengorganisasi dan
beradaptasi. Siswa menggunakan kepekaan terhadap lingkungannya dengan
mengorganisasikan berbagai pengalaman yang di peroleh. Hasil pemahaman dan
pengamatan informasi serta pengalaman yang diperoleh, akan membuat siswa mampu
mengadaptasikan kerangka berfikir yang telah ada menjadi suatu ide baru.[4]
M enurut piaget, pada masa sekolah madrasah ibtidaiyah siswa
berada pada tahap operasional kongkrit, yaitu siswa mulai berfikir logis. Bentuk
aktifitas dapat ditentukan oleh peraturan yang berlaku. Siswa masih berfikir
harfiah sesuai dengan tugas-tugas yang di berikan kepadanya.[5]
Keterampilan-keterampilan kognitif yang ditampilkan
siswa pada masa sekolah madrasah ibtidaiyah adalah adalah:
Ø Berpikir
spatial, yaitu siswa dapat memahami hubungan spatial (bentuk, ruang dan gerak)
Ø Pemikiran
sebab akibat, yaitu
siswa dapat menjelaskan hubungan dan bagian yang mempengaruhi hasil.
Ø Kemampuan
mengklasifikasi, kemampuan memilih, memilah serta mengelompokkan berdasarkan
pemikiran logis atas ciri suatu objek.
Ø Penalaran
induktif ( penalaran logis yang bergerak dari pengamatan khusus anggota
kelompok objek hingga mencapai kesimpulan kelompok subjek) dan penalaran
deduktif (penalaran logis yang bertindak dari pandangan umum tentang subjek
kelompok kepada kesimpulan tentang anggota kelompok subjek.
Ø Konservasi,
yaitu kemampuan siswa melihat benda berdasarkan pada prinsip identitas, prinsip
reversibility, dan prinsip decenter.[6]
b.
Keterampilan memproses informasi
Kemampuan memproses informasi pada siswa meliputi
daya ingat, kemampuan berpikir kritis, dan pengembangan metakognisi.
Pengembangan metakognisi adalah penggunaan keterampilan-keterampilan kognitif
secara selektif, bersam-sama, berkesinambungan, dan terstrukturuntk
menyelesaikan persoalan yang dihadapi. [7]
c.
Kreatifitas
Perkembangan kognitif yang meningkat memfasilitasi
anak mengembangkan cara berfikir dan bertindak yang baru.[8]
d.
Intelegensi
Perkembangan kognitif merupakan potensi dasar yang
memfasilitasi unjuk kemampuan intelektual seseorang. Intelegensi atau
kecerdasan dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan faktor lingkungan
(pola asuh orang tua, sekolah dan budaya).[9]
III.
KOMPONEN-KOMPONEN
PENDIDIKAN
Komponen-komponen pendidikan merupakan unsur-unsur
yang harus ada dalam pelaksanaan pendidikan. Komponen-komponen tersebut adalah:
v Tujuan
pembelajaran, berfungsi untuk mengarahkan semua kegiatan pendidikan
v Siswa
atau peserta didik, berfungsi untuk belajar atau menjalani proses pendidikan
v Pengelolaan
atau management, berfungsi untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan menilai
v Struktur
dan jadwal, berfungsi untuk mengatur waktu dan mengelompokkan siswa menurut
tujuan-tujuan tertentu
v Isi
atau kurikulum, berfungsi sebagai bahan atau apa yang harus dipelajari siswa
v Guru
atau pendidik, berfungsi membantu menyediakan bahan dan menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar untuk siswa
v Alat
bantu belajar,berfungsi agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik, bervariasi
dan mudah
v Fasilitas,
berfungsi untuk menyediakan tempat untuk terjadinya kegiatan belajr mengajar
v Teknologi,
berfungsi untuk memperlancar kegiatan belajr mengajar
v Kontrol
kualitas, berfungsi untuk membina peraturan dan kriteria pendidikan
v Penelitian,
berfungsi untuk mengembangkan pengatahuan, penampilan pendidikan dan hasil
kerja pendidikan
v Biaya,
berfungsi sebagi petunjuk tingkat efisiensi pendidika[10]
IV.
IMPLEMENTASI
POTENSI PERKEMBANGAN ASPEK KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MADRASAH
IBTIDAIYAH SUNAN PANDANARAN, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA
Siswa madrasah ibtidaiyah sunan
pandanaran, Ngaglik, Sleman merupakan siswa yang heterogen dalam banyak hal.
Mereka berasal dari latar belakang keluarga yang bermacam-macam, dari yang
miskin sampai yang kaya, dari keluarga yang harmonis sampai keluarga yang broken, dan lain sebagainya.
Perbedaan
latar belakang tersebut berpengaruh terhadap perkembangan aspek kognitif siswa.
Siswa yang berasal dari keluarga yang harmonis, tentu akan beda dengan siswa
yang berasal dari keluarga yang broken.
Rata-rata siswa yang mempunyai orang tua yang banyak meluangkan waktu untuk menemaninya
belajar, perkembangan aspek kognitifnya sangat bagus. Siswa bisa menguasai
keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas perkembangan aspek kognitif dengan
baik.
Bagi
kebanyaknan orang, matematika merupakan
pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan, dan tidak disukai. Hal ini sangat
berbeda dengan realita yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Sunan Pandanaran. 85 % dari 124 siswa mengatakan bahwa mereka menyukai
pelajaran matematika.
Pembelajaran
matematika di Madrasah Ibtidaiyah Sunan Pandanaran memang di kemas dengan cara
yang menarik dan menyenangkan. Bebrapa hal yang dilakukan seperti:
§ Pendidikan
matematika realistik, yaitu metode pembelajaran yang mengaitkan materi dengan
kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa bisa memahami materi dengan baik
karena adanya contoh nyata. Misal: angka 1 berarti 1 benda atau 1 ayam atau
1biji kacang.
§ Pembelajaran
disampaikan dari yang kongkret ke yang
nyata sebagaimana langkah pembelajaran menurut teori Bruner ( konkret, semi
konkret, abstrak). Contoh: dalampembelajaran penjumlahan,
-
guru menggunakan benda kongkret
yang ada di dalam kelas seperti spidol, buku tulis, penggaris
-
guru menggunakan papan flanel
atau gambar-gambar benda yang dapat ditempel
di atasnya
-
guru menggunakan simbol-simbol
seperti 3 + 2, dan seterusnya
§ menggunakan
alat peraga matematika
§ memberikan
selingan berupa permainan, kuis, nyanyian dan lain sebagianya
Dengan
dilakukannya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, perkembangan aspek
kognitif siswa pada pelajaran matematika biasa berkembang dengan baik.
Perkembangan
kognitif siswa Madrasah Ibtidaiyah Sunan Pandanaran dalam pembelajajan
matematika teraktualisasi
dalam:
1.
keterampilan berpikir
kemampuan siswa Madrasah Ibtidaiyah Sunan Pandanaran dalam berfikir
berbeda-beda. Siswa yang masih kelas 1 karena masih berada pada tahap akhir
operasional lebih suka apabila dalam
penyampaian materi pembelajaran menggunakan metode matematika realistik yang di
hubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang bersifat fantastik.
Contoh: Nadia memiliki 10 boneka barbie.
Paman datang dari kota dan memberi oleh –oleh untuk Nadia berupa boneka barbie
sebanyak 7. Jadi boneka barbie nadia sekarang jumlahnya ada 17. Berasal dari 10
ditambah 7.
Hal di atas akan berbeda dengan
siswa
yang sudah berada di kelas atasnya. Siswa kelas 2 hingga kelas 5 sudah berada
pada tahap operasional kongkret. Pola berfikirnya sudah berbeda dengan pola
berfikir adik kelasnya. Siswa sudah dapat:
o
berpikir spatial, contoh: dapat membedakan jarak jauh dan dekat, ringan dan
berat, dan dapat membedakan
bermacam-macam bangun datar sederhana)
o
Pemikiran sebab akibat, Contoh:
Siswa mengerjakan PR karena tahu jika tidak mengerjakan PR, dia akan dihukum
oleh bu Guru
o
Mampu mengklasifikasi, memilih,
memilah serta mengelompokkan berdasarkan ciri suaatu objek. Contoh: siswa bisa
mengurutkan bilangan dari yang terkecil dan terbesar, siswa bisa mengelompokkan
mana benda yang berat dan mana benda yang ringan
o
Berfikir induktif dan deduktif.
Contoh: ketika mengerjakan latihan soal, ada siswa yang sulit mengerjakan soal
nomor 2,
4, dan 5. Siswa tersebut kemudian mengeluhkan bahwa semua soal yang diberikan
oleh guru adalah sulit.
o
Berfikir konservasi. Contoh:
dalam penjelasan tentang asal mula rumus jajar genjang, guru menjelaskan bahwa
jajar genjang itu merupakan persegi panjang yang dipotong dan dirubah bentuknya
tanpa mengurangi bagian persegi panjang
sedikitpun. Dalam penjelasannya guru mempraktekkan dengan kertas lipat
dan siswa diajak untuk bersama sama membuktikan kebenaran penjelasan guru.
2.
Keterampilan memproses informasi
Siswa Madrasah Ibtidaiyah Sunan
Pandanaran mempunyai
kemampuan memproses informasi dengan baik. Hal ini bisa dilihat dalam kemampuan
daya ingat siswa, kemampuan berfikir kritis siswa, dan perkembangan metakognisi
siswa. Siswa kelas 3 madrasah ibtidaiyah sunan pandanaran sudah hafal perkalian
dari 1 x 1 hingga 10 x 10. Dalam proses menghafal perkalian, guru menggunakan
metode yeng menyenangkan yaitu dengan nyanyian, permainan, kuis, dan
tebak-tebakan. Sehingga hafalan siswa tidak hanya sekedar hafal akan tetapi
juga memahami makna dan proses dari perkalian itu.
3.
Keterampilan intelegensi
Keterampilan intelegensi siswa Madrasah Ibtidaiyah
Sunan Pandanaran berbeda-beda. Hal ini terjadi karena faktor-faktor yang
mempengaruhi intelegensi bermacam-macam. Contoh: kecerdasan siswa yang orang tuanya
penuh perhatian dan berpendidikan akan beda dengan kecerdasan siswa yang
orangtuanya tidak pernah merasakan bangku sekolah dan cuek-cuek saja terhadap
perkembangan anaknya.
4.
Berfikir kreatif.
Banyak
kreativitas siswa Madrasah Ibtidaiayah Sunan Pandanaran yang tampak dalam dalam proses belajar di
sekolah. Contoh: ketika siswa diberi tugas untuk membuat bermacam-macam bangun datar atau bangun
ruang, siswa dengan sendirinya dan tanpa disuruh akan menghiasi hasil karya mereka dengan sesuka hati. Hai ini
menandakan bahwa kemampuan kreativitas siswa di madrasah ibtidaiyah sunan
pandanaran berjalan baik
Untuk
memfasilitasi siswa agar perkembangan kognitif siswa bisa berkembang dengan
baik, Madrash Ibtidaiyah Sunan Pandanaran menciptakan lingkungan perkembangan
yang diharapkan, yaitu:
i.
Mengembangkan proses pembelajaran
dengan pendekatan kontruktivisme, yaitu siswa diajak untuk aktif dan inovatif
ii.
Guru berperan sebagai
fasilitator.
iii.
Guru menggunakan pengetahuan dan
tingkatan berfikir yang dimiliki siswa
iv.
Mendorong kesehatan intelektual
siswa dengan cara memfasilitasi dan memberikan apresiasi atau penghargaan
sperti gadiah, pujian, tanda bintang bagi siswa yang mampu memahami materi
dengan baik
v.
Penataan kelas dibuat sedemikian
rupa sehingga siswa bisa terpancing untuk melakukan penelitian, penemuan dan
eksplorasi
V.
PENUTUP DAN
KESIMPULAN
Perkembangan
kognitif siswa Madrasah Ibtidaiyah Sunan Pandanaran berada pada tahap akhir pra
operasional dan operasional kongkret. Aktualisasi perkembangan kognitif siswa Madrasah Ibtidaiyah Sunan Pandanaran dapat
dideteksi dari tampilan kecerdasan siswa dalam menyelesaikan tuntutan akademik
dan pencapaian belajar yang optimal sesuai dengan kapasitas dirinya. Untuk
menstimulasi perkembangan kognitif siswa, Madrasah Ibtidaiayh Sunan Pandanaran memberikan
fasilitas yaitu dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang diharapkan.
VI.
DAFTAR
PUSTAKA
Yusi
Riksa Y , Dra, M.Pd, perkembangan peserta
didik, Jakarta, Diektorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama, 2009
Tatang
syarifudin, Drs, M. Pd, landasan
pendidikan, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama,
2009
Zulkifli,
psikologi perkembangan, Bandung: PT.
Remaja rosdakarya, 2002
[1] Yusi Riksa, Perkembangan Peserta
Didik,( Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama
Republik Indonesia, 2009), hlm 74.
[2] Ibid, hlm 81 - 82
[3] Ibid, hlm 129
[4] Ibid, hlm 133
[5] Zulkifli, Psikologi Perkembangan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 18
[6] Yusi Riksa., op. cit, hlm
135
[7] Ibid, hlm 136
[10] Tatang Syarifudin, landasan pendidikan (Jakarta: Direktorat Jenderal
pendidikan Islam Departemen Agama, 2009), hlm 31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar